BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGRWA, TUNGGA DEWA
BERANEKA RAGAM (kegiatan dan aktifitas ajaran, kebiasaan,
kebudayaan, adat-istiadat, kepercayaan, keyakinan keberagamaan serta keimanan)
DALAM PERSATUAN DAN KESATUAN (yang
manunggal) SEJATI ITU, (adalah) TIADA (dalam) KETELADAN
–Aktivitas, kebenaran, kebaikan dan keadilan dalam pemikiran, serta watak,
sifat, karakter dan perbuatan- YANG MERUSAK DAN MELENCENG, (itulah) KEMULIAAN
MALAKAH ILAHIYAH RUBBUBIYAH RABBANIYAH. KESATUAN DAN PERSATUAN, KEKELUARGAAN
serta KEMERDEKAAN YANG SEJATI MURNI, MERDEKA LAHIR DAN MERDEKA BATIN.
Berbagai ragam (pengalaman lahir dan batin) menuju
KebenaranNya, menuju KeadilanNya, menuju Al-Haq-Nya. Adalah Perwujudan al-Haq
min robbika, Kebenaran dan keadilan milik Tuhan, hak Tuhan, wilayah Tuhan pada
perwujudan dalam semua aktifitas kegiatan sehari-harinya memproses diri
mendekat-mengenali KeberadaanNya sampai pada kesadaran “manunggal” kepada Tuhan
YME, realisasi diatas kesadaran “laa haula wala quwwata illa billah”, tidak ada
daya dan kekuatan kecuali Daya dan Kekuatan hanya dengan Allah; “kesadaran atas
pencerahan dalam ketiadaan aku dengan tenggelam dalam Sang Aku” ; “muksa wujud
ing dalem Wujud Kang Sejatining Wujud” ;
“tinggalah di dalam Aku, dan Aku tinggal di dalam kamu, sebab di luar
Aku, kamu tidak bisa apa-apa”, Itu semua adalah perwujudan pencerahan tajalli
Diri Tuhan dalam ketiadaan wujud akunya nafsu. Itulah sesungguhnya eksistensi.
Kebenaran dan keadilan adalah milik Tuhan, hak Tuhan, wilayah
Tuhan. KEBENARAN adalah AL-HAQ MIN ROBBIKA dan tidak akan bergeser sedikitpun
oleh kalimat dan uraian hasil pemikiran dan perbuatan, KEBENARAN TETAPLAH
KEBENARAN tidak akan pernah sama sekali berubah menjadi apapun, dibela atau di
dukung, dimusihi atau dibenci. Kebenaran tidak akan pernah tergerus oleh waktu,
oleh keadaan, oleh kondisi dan situasi apapun, sekalipun oleh perubahan dan
pergantian zaman tidak akan pernah berubah dan tergerus oleh apapun.
Al-HAQ MIN ROBBIKA adalah DHARMA “BUDI” KEBAIKAN, KEBENARAN dan KEADILAN.
Itulah “KETELADANAN” yaitu perilaku
yang memiliki orientasi:
pertama; PENINGKATAN
DAN KEMAJUAN KESADARAN “KEMANUSIAAN”, manusia yang mengetahui hakekat fitrah
manusianya, yang asal fitrah dari fitrah Allah Sendiri. inilah KESADARAN LAPIS INTI MANUSIA. Pengetahuan
dan pemahaman mengenai asal mula kejadian diri,
pengetahuan tentang diri, hakekat diri, dari mana asal kehidupan, untuk
apa kehidupan, apa dan bagaimana kehidupan, apa dan bagaimana tujuan kehidupan,
apa dan bagaimana serta kemana kehidupan setelah masa pakai jasad habis. Makna
dan nilai-nilai hidup apa dan bagaimana kehidupan dijalankan.
Kerumitan
dan Permasalahan hidup dan kehidupan sesungguhnya ada pada diri. Kebersihan dan
kesucian pada hakekatnya tidak pada (semata-mata) anggapan di tempat-tempat
suci, pun kesesatan, kemusyrikan, kekafiran juga tidak (semata-mata) di
tempat-tempat yang dianggap najis dan kotor, namun sesungguhnya kekotoran,
kesesatan, kemusyrikan, kekafiran berada di dalam pikiran dan didalam hati.
Sekalipun bangkai babi dan bangkai anjing dimasukkan kedalam samudra tidak akan
merubah laut menjadi najis, samudra tetap suci dan mensucikan, walaupun bukan
berarti merubah bangkai menjadi suci dan halal.
Kedua;
PENINGKATAN DAN KEMAJUAN SOSIAL KEMASYARAKATAN SAMPAI PADA TINGKAT KEPEDULIAN OPERASIONAL. Tidak sekedar
keterjagaan keharmonisan, lebih dari itu adalah terjadi peningkatan dan
kemajuan pada tingkat sosial dan masyarakat, dengan saling mengikatkan diri dengan watak, dan
sifat serta sikap perilaku yang saling menghormati, saling menghargai, saling
mendukung, saling lindung-melindungi, saling tolong menolong, serta
musyawarahan. Meminimalisir bahkan menghilangkan kepentingan diri, ego diri,
dan nafsu keakuan, merealisasikan kesadaran bahwa kesatuan dan persatuan hanya
dapat diwujudkan dengan membangun kebersamaan, kekeluargaan, keguyubrukunan,
demi terwujudnya pribadi yang diridhoi, yang dirahmati, yang dikasihi oleh-Nya.
Ketiga;
MENDORONG PENINGKATAN dan KEMAJUAN BERPENGETAHUAN dan BERKETERAMPILAN SERTA
TEKNOLOGI. Ruh dari berpengetahuan, ketrampilan dan teknologi adalah “JIWA ALFAQIR” sikap belajar sepanjang
hayat, berdunia adalah “laku” meMahaSucikan Keberadaan Diri Dzat Tuhan, dengan
keberanian sikap terbuka, tidak pada ego dalam pemikiran, dan tidak pada nafsu
keakuan dan fanatis dalam hati. Sikap “Keteladanan” bukan semata-mata perilaku
supaya di contoh, namun sebuah kebutuhan sikap bagi mereka yang membangun
kesadaran dalam nilai dan makna hidup dan kehidupan, juga bukan sekedar
terbatas pada pelayanan semata. Kemajuan pada peningkatan bukan sekedar
misalnya, pengadaan proyek serta pengadaan alat atau media untuk lingkungan
masyarakatnya, namun lebih dari itu, KETELADANAN adalah peningkatannya dan
keterpengaruhannya dalam pengembangan, peningkatan dan kemajuannya. Dan hal
yang esensi dan mendasar, atas sikap keteladanan adalah “lakon ibadah” sebagai
alat atau media menuju keselamatan, kedamaian, pencerahan, dan kebersatuan guna
pencapaian kebahagian, ketentraman dan kemerdekaan yang sejati murni.
Tungga Dewa adalah KEMULIAAN MALAKAH ILAHIYAH RUBBUBIYAH
RABBANIYAH:
KEMULIAN
Adalah Kedamaian, Kebahagiaan Dan Ketentraman Sejati Yang Hakiki. Kesadaran
berserah diri menuju pencerahan, menuju keselamatan, menuju kedamaian.
MALAKAH adalah kekuatan, kekuasaan, wilayah dan
daya-kuat milik Tuhan semata. Bagai ikan dalam samudra, tidak ada satu selpun
yang tidak diliputi oleh “KEBERADAAN” Tuhan. Sistematika dengan qudrat-iradat
Allah Piyambak.
ILAHIYAH adalah ikhtiyar,
kreatifitas, kegiatan dan aktifitas yang dilakukan dalam kalimat “Nafi” “laa ilaha” dan kalimat
“itsbat” ilallah”. Kesadaran hamba atas kecintaannya pada Keberadaan Diri Dzat
Tuhan, ditetapkan didalam rasa hatinya mengenai AlGhaybNya. Kesadaran bagai
sang ikan, di dalam samudra, tanpa-“Nya” tidak ada kehidupan.
RUBBUBIYAH, adalah kesadaran hamba bagai ikan dalam samudra, tempat
bergantungnya, tempat memohonnya, tempat bersandarnya hanya kepada Robnya.
RABBANIYAH adalah kesadaran penghamba yang memiliki niat, tekad dan
tujuan yang kuat dan bulat bahwa, semua aktifitas dan kegiatan berdunianya adalah
kesadaran pemrosesan diri supaya dalam pencerahan, keselamatan, kedamaian dan
kebahagian dan ketentraman yang sesungguhnya, sadar hanya dengan tarikan fadhal
dan rahmat Allah semata itu semuat diperolah.
Itulah Ajaran semua Nabi dan semua Rasul. Menuju PENCERAHAN dalam KEBENARAN adalah kesadaran atas penciptaan
diri “ASAL” ‘MULA MULANE MULANIRA’
dan kembali kepada
‘MULA MULANE MULANIRA’ “ONO”, dan tidak merusak “ASAL”
MULA MULANE MULANIRO “ONO”.
Tulisan ini
akan berlanjut pada uraian-uraian lebih lanjut:
-
Mengenai hakekat inti manusia,
menganai sangkan paraning dumadi.
-
Sudah benarkah model keberagaan
yang kita yakini. Antara agama, kebiasaan, budaya dan adat-istiadat.
-
Beragama tidak bisa hanya dengan
bermodel yakin semata, persaksian adalah awal mula beragama.
-
Apakah sama antara agama dan
addiin. Bagaimana addiin yang benar dan dibenarkan
Oleh Tanjung
alfaqiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar