Senin, 10 Agustus 2015

kebhinnekaan dalam beragama

BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGRWA, TUNGGA DEWA
BERANEKA RAGAM (kegiatan dan aktifitas ajaran, kebiasaan, kebudayaan, adat-istiadat, kepercayaan, keyakinan keberagamaan serta keimanan) DALAM PERSATUAN DAN KESATUAN (yang  manunggal)  SEJATI  ITU, (adalah) TIADA (dalam) KETELADAN –Aktivitas, kebenaran, kebaikan dan keadilan dalam pemikiran, serta watak, sifat, karakter dan perbuatan- YANG MERUSAK DAN MELENCENG, (itulah) KEMULIAAN MALAKAH ILAHIYAH RUBBUBIYAH RABBANIYAH. KESATUAN DAN PERSATUAN, KEKELUARGAAN serta KEMERDEKAAN YANG SEJATI MURNI, MERDEKA LAHIR DAN MERDEKA BATIN.
Berbagai  ragam (pengalaman lahir dan batin) menuju KebenaranNya, menuju KeadilanNya, menuju Al-Haq-Nya. Adalah Perwujudan al-Haq min robbika, Kebenaran dan keadilan milik Tuhan, hak Tuhan, wilayah Tuhan pada perwujudan dalam semua aktifitas kegiatan sehari-harinya memproses diri mendekat-mengenali KeberadaanNya sampai pada kesadaran “manunggal” kepada Tuhan YME, realisasi diatas kesadaran “laa haula wala quwwata illa billah”, tidak ada daya dan kekuatan kecuali Daya dan Kekuatan hanya dengan Allah; “kesadaran atas pencerahan dalam ketiadaan aku dengan tenggelam dalam Sang Aku” ; “muksa wujud ing dalem Wujud Kang Sejatining Wujud” ;  “tinggalah di dalam Aku, dan Aku tinggal di dalam kamu, sebab di luar Aku, kamu tidak bisa apa-apa”, Itu semua adalah perwujudan pencerahan tajalli Diri Tuhan dalam ketiadaan wujud akunya nafsu. Itulah sesungguhnya eksistensi.
Kebenaran dan keadilan adalah milik Tuhan, hak Tuhan, wilayah Tuhan. KEBENARAN adalah AL-HAQ MIN ROBBIKA dan tidak akan bergeser sedikitpun oleh kalimat dan uraian hasil pemikiran dan perbuatan, KEBENARAN TETAPLAH KEBENARAN tidak akan pernah sama sekali berubah menjadi apapun, dibela atau di dukung, dimusihi atau dibenci. Kebenaran tidak akan pernah tergerus oleh waktu, oleh keadaan, oleh kondisi dan situasi apapun, sekalipun oleh perubahan dan pergantian zaman tidak akan pernah berubah dan tergerus oleh apapun.
Al-HAQ MIN ROBBIKA adalah DHARMA “BUDI” KEBAIKAN, KEBENARAN dan KEADILAN. Itulah “KETELADANAN” yaitu perilaku yang memiliki orientasi:
pertama; PENINGKATAN DAN KEMAJUAN KESADARAN “KEMANUSIAAN”, manusia yang mengetahui hakekat fitrah manusianya, yang asal fitrah dari fitrah Allah Sendiri. inilah KESADARAN LAPIS INTI MANUSIA. Pengetahuan dan pemahaman mengenai asal mula kejadian diri,  pengetahuan tentang diri, hakekat diri, dari mana asal kehidupan, untuk apa kehidupan, apa dan bagaimana kehidupan, apa dan bagaimana tujuan kehidupan, apa dan bagaimana serta kemana kehidupan setelah masa pakai jasad habis. Makna dan nilai-nilai hidup apa dan bagaimana kehidupan dijalankan.
Kerumitan dan Permasalahan hidup dan kehidupan sesungguhnya ada pada diri. Kebersihan dan kesucian pada hakekatnya tidak pada (semata-mata) anggapan di tempat-tempat suci, pun kesesatan, kemusyrikan, kekafiran juga tidak (semata-mata) di tempat-tempat yang dianggap najis dan kotor, namun sesungguhnya kekotoran, kesesatan, kemusyrikan, kekafiran berada di dalam pikiran dan didalam hati. Sekalipun bangkai babi dan bangkai anjing dimasukkan kedalam samudra tidak akan merubah laut menjadi najis, samudra tetap suci dan mensucikan, walaupun bukan berarti merubah bangkai menjadi suci dan halal.
Kedua; PENINGKATAN DAN KEMAJUAN SOSIAL KEMASYARAKATAN SAMPAI PADA TINGKAT KEPEDULIAN OPERASIONAL. Tidak sekedar keterjagaan keharmonisan, lebih dari itu adalah terjadi peningkatan dan kemajuan pada tingkat sosial dan masyarakat, dengan  saling mengikatkan diri dengan watak, dan sifat serta sikap perilaku yang saling menghormati, saling menghargai, saling mendukung, saling lindung-melindungi, saling tolong menolong, serta musyawarahan. Meminimalisir bahkan menghilangkan kepentingan diri, ego diri, dan nafsu keakuan, merealisasikan kesadaran bahwa kesatuan dan persatuan hanya dapat diwujudkan dengan membangun kebersamaan, kekeluargaan, keguyubrukunan, demi terwujudnya pribadi yang diridhoi, yang dirahmati, yang dikasihi oleh-Nya.
Ketiga; MENDORONG PENINGKATAN dan KEMAJUAN BERPENGETAHUAN dan BERKETERAMPILAN SERTA TEKNOLOGI. Ruh dari berpengetahuan, ketrampilan dan teknologi adalah “JIWA ALFAQIR” sikap belajar sepanjang hayat, berdunia adalah “laku” meMahaSucikan Keberadaan Diri Dzat Tuhan, dengan keberanian sikap terbuka, tidak pada ego dalam pemikiran, dan tidak pada nafsu keakuan dan fanatis dalam hati. Sikap “Keteladanan” bukan semata-mata perilaku supaya di contoh, namun sebuah kebutuhan sikap bagi mereka yang membangun kesadaran dalam nilai dan makna hidup dan kehidupan, juga bukan sekedar terbatas pada pelayanan semata. Kemajuan pada peningkatan bukan sekedar misalnya, pengadaan proyek serta pengadaan alat atau media untuk lingkungan masyarakatnya, namun lebih dari itu, KETELADANAN adalah peningkatannya dan keterpengaruhannya dalam pengembangan, peningkatan dan kemajuannya. Dan hal yang esensi dan mendasar, atas sikap keteladanan adalah “lakon ibadah” sebagai alat atau media menuju keselamatan, kedamaian, pencerahan, dan kebersatuan guna pencapaian kebahagian, ketentraman dan kemerdekaan yang sejati murni.
Tungga Dewa adalah KEMULIAAN MALAKAH ILAHIYAH RUBBUBIYAH RABBANIYAH:
KEMULIAN Adalah Kedamaian, Kebahagiaan Dan Ketentraman Sejati Yang Hakiki. Kesadaran berserah diri menuju pencerahan, menuju keselamatan, menuju kedamaian.
MALAKAH    adalah kekuatan, kekuasaan, wilayah dan daya-kuat milik Tuhan semata. Bagai ikan dalam samudra, tidak ada satu selpun yang tidak diliputi oleh “KEBERADAAN” Tuhan. Sistematika dengan qudrat-iradat Allah Piyambak.
ILAHIYAH adalah  ikhtiyar, kreatifitas, kegiatan dan aktifitas yang dilakukan  dalam kalimat “Nafi” “laa ilaha” dan kalimat “itsbat” ilallah”. Kesadaran hamba atas kecintaannya pada Keberadaan Diri Dzat Tuhan, ditetapkan didalam rasa hatinya mengenai AlGhaybNya. Kesadaran bagai sang ikan, di dalam samudra, tanpa-“Nya” tidak ada kehidupan.
RUBBUBIYAH, adalah kesadaran hamba bagai ikan dalam samudra, tempat bergantungnya, tempat memohonnya, tempat bersandarnya hanya kepada Robnya.
RABBANIYAH adalah kesadaran penghamba yang memiliki niat, tekad dan tujuan yang kuat dan bulat bahwa, semua aktifitas dan kegiatan berdunianya adalah kesadaran pemrosesan diri supaya dalam pencerahan, keselamatan, kedamaian dan kebahagian dan ketentraman yang sesungguhnya, sadar hanya dengan tarikan fadhal dan rahmat Allah semata itu semuat diperolah.
Itulah Ajaran semua Nabi dan semua Rasul. Menuju PENCERAHAN dalam KEBENARAN adalah kesadaran atas penciptaan diri “ASAL” ‘MULA  MULANE  MULANIRA’  dan  kembali  kepada  ‘MULA MULANE MULANIRA’ “ONO”, dan tidak merusak  “ASAL”  MULA MULANE    MULANIRO  “ONO”.
Tulisan ini akan berlanjut pada uraian-uraian lebih lanjut:
-        Mengenai hakekat inti manusia, menganai sangkan paraning dumadi.
-        Sudah benarkah model keberagaan yang kita yakini. Antara agama, kebiasaan, budaya dan adat-istiadat.
-        Beragama tidak bisa hanya dengan bermodel yakin semata, persaksian adalah awal mula beragama.
-        Apakah sama antara agama dan addiin. Bagaimana addiin yang benar dan dibenarkan

Oleh Tanjung alfaqiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar