Selasa, 11 Agustus 2015

realisasi syukur

Realisasi syukur

Bersyukur adalah perilaku mendobrak paradigma perubahan diri.

Syukur-1
Syukur bukan sekedar kalimat “alhamdulillah” tanpa realitas, bukan sekedar lesan tanpa hati, bukan sekedar pikiran tanpa selaman makna, bukan bagi-bagi makan dan perut tanpa membangun spirit, juga bukan besar-besaran hewan yang disembelih, namun, perilaku hewan tidak ikut desembelih. Syukur adalah karakter, watak dan sifat serta perilaku penghambaan. Bagi pelaku syukur akan berpengaruh terhadap diri dan lingkungan:

Seandainya kita semua menyadari betapa luar-biasanya makna syukur dan shalawat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari maka umat Islam dan bangsa dan negara kita:

Terbangun situasi dan kondisi damai, aman, nyaman, menyejukkan.

Masyarakat dan lingkungan kita akan memiliki tingkat sosial yang tinggi, respon, respek dan  peduli

Setiap individu dari setiap masyarakatnya akan saling membantu, saling menolong saling pengertian, saling memaklumi, saling mendukung.

Masyarakat kita akan terus berkembang maju, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mandiri.

Dan perkembangan mengenai pengetahuan perihal diri, perkembangan diri dan manusia sebagai makhluk spiritual akan terjawab, guna membuka hakekat manusia, hakekat dunia dan berdunia serta hakekat hidup.

Serta dalam perilaku agama dan sosial serta berbangsa dan bernegara tidak akan terpecah-pecah dalam faham sekuler materalistis.

Kemudian, ada pertanyaan apa iya dan kenapa serta bagaimana???
Syukur adalah Syakara, perilaku batin yang lapang dada dan terbuka, membuka, dibuka sehingga, karakter wataknya menghormati, menghargai, pandai menyesuaikan diri, pandai mengalah, senang membantu orang lain, senang meringankan beban orang lain, pandai memaklumi kekurangan orang lain, berani mengakui kekurangan diri, berani mengakui kelebihan orang lain dan perilakunya andap asor, sopan, santun, lemah lembut. Seseorang yang sangat menyadari terhadap fungsi telinga, fungsi mata, fungsi otak dan pikiran dan hati adalah untuk perkembangan kemajuan dirinya, kamajuan lahir dan batinnya dan memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya, masyarakatnya, bahkan, bangsa dan negaranya. Semuanya demi untuk perkembangan spiritual dirinya. Bahkan berpegang pada keyakinan kebenaran agamanya..... iya...namun, tidak akan kaku, fanatik, jumud dan ta’asub, tetap terbuka, membuka dan akan dibuka, siap menerima kebenaran, dan melakukan perkembangan serta kemajuan.
Semua dari masing-masing fungsi organ tersebut sangat tergantung bagaimana penetapan orientasi (haniifa) posisioning dari hati (qalb). Jika yang ditetapkan didalam hatinya, yang diwujudkan dalam niatan dan tujuan hatinya adalah jabatan maka, semua fungsi organ yang ada dalam diri manusia akan dipergunakan untuk mencapai maksud dari yang telah diorientasikan oleh hatinya, dengan berbagai cara untuk memperoleh jabatan dan karir. Jika yang ditetapkan dalam niat dan tujuan hatinya adalah material uang yang banyak, maka semua organ dan pemikirannya adalah mati-matian untuk memperoleh uang bahkan, dengan cara-cara yang tidak halal sekalipun. Dan saat yang diorientasikan itu apapun namannya saat masih tetap diletakkan pada yang bersifat materi, kebendaan dan dunia maka semua fungsi organ tubuh dan pikiran akan terhisap habis pada kerja hati tersebut.
Maka kenapa Nabi Muhammad SAW telah mensabdakan “betapa pentingnya niat, segala sesuatunya tergantung dari niatannya, diterima dan ditolaknya amal tergantung dari niatan yang menyertai”. Didalam QS Al-Ahzab, Allah berfirman, “Allah sekali-kali tidak akan menjadikan bagi seseorang dua hati didalam rongga dadanya”. Jika hati sanubari yang berfungsi maka, hati nuraninya mati dan jika hati nurani yang berfungsi maka, hati sanubarinya mati.
 33. al-Ahzab, 4
مَّا جَعَلَ ٱللَّهُ لِرَجُلٖ مِّن قَلۡبَيۡنِ فِي جَوۡفِهِۦۚ .... ٤
Jika niatan hatinya diletakkan pada hati sanubari, sehingga hati sanubari yang berfungsi maka, akibatnya akan memiliki daya penghancur dan merusak dirinya dan lingkungannya, berbagai cara akan ditempuh untuk memperoleh apa yang diinginkan, sehingga akan menggunakan cara-cara yang; merusak persaudaan, merusak hubungan silaturahmi, merusak kesatuan dan persatuan, sikap dan watak tidak peduli, perilaku egois dan pembenar diri, golongannya, kelompoknya, partainya, agamanya dan keyakinannya.
Namun jika niatannya diletakkan pada nilai-nilai ibadah, nilai-nilai dalam kesadaran hamba dalam penghambaan, nilai-nilai yang tidak diorientasikan pada angka-angka apapun itu, pahala, ganjaran, surga, neraka. Diletakkan pada nilai-nilai keselamatan, kedamaian, ketentraman. Nilai-nilai “ulul-albab”. Hal ini tidak akan mengurangi aktifitas berdunianya, usaha ikhtiyar yang dilakukan, interaksi sosial yang dijalani, berorgansiasi, bertata negara maka, cara-cara yang digunakan untuk berdunia, cara-cara untuk bekerja, cara-cara berinovasi dan berkreasinya akan membangun kebersamaan, kekeluargaan, kesatuan dan persatuan yang kokoh dan solid.
          Jika kecintaan seseorang diletakkan pada yang bersifat kebendaan material dunia maka, bukan kebahagian, ketentraman, kedamaian yang diperoleh. Kita akan dihadapkan kepada kejenuhan, kita akan dihadapkan kepada rusaknya benda-benda yang kita kira membahagiakan, kita akan dihadapakan kepada persaingan-persaingan yang sesungguhnya tanpa persainganpun harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Cinta yang melekat (Kumantil) pada uang, jika habis merana dan susah, cinta yang melekat pada jabatan maka jika pensiun, jantungan dan stroke serta darah tinggi, begitu seterusnya.
Untuk itu semua maka, syukur adalah sebuah kata yang memiliki dimensi luar biasa dalam mefungsikan hati nurani, otak-akal-pikiran, dan organ. Allah telah menjadikan pendengaran, penglihatan dan kecondongan dalam memcermati faedah dan kemanfaatan supaya hati nurani berfungsi. Dengan pendengaran dan penglihatannya maka kita bisa berkembang, maju dan dipandaikan, dengan af’idah akan menjadikan hatinya lembut, lepang dada, terbuka.    
Pendengaran, penglihatan, dan hati 23. Al Mu'minuun 78
      وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَنشَأَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةَۚ قَلِيلٗا مَّا تَشۡكُرُونَ ٧٨
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur

Allah menciptakn dengan assam’a, abshoro dan af’idah 16. An-Nahl 78
 وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur
Adzan adalah seruan yang sangat kuat, saat seruan Tuhanmu dikumandangkan, seruan mengenai kebenaran keberagamaan dan bertuhan, dengan membuka pendengarannya, penglihatannya, dan hatinya. Membuka pikirannya dengan menjauhkan dari sifat-sifat kekufurannya yaitu sifat-sifat dengan egonya, dengan telah merasa cukupnya, dengan iri, dengkinya, dengan merasa pandainya. Tutup-tutup sifat-sifat kekufuran yang dapat menjadi kubur dalam melihat kebenaran sejati. Sebab manakala berperilaku sebaliknya yakni kufur, periku menutup, tertutup dan ditutup maka, azab. kufur ini watak, sifat dan perilku kuburan. perilaku yang akan akan menjadikan tidak akan berkembang dan tidak akan maju, malah kemunduran, dada sesak pikiran sempit dan picik akibatnya azab.
Syukur. Ibrahim 7
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧

Bahkan sedikit dari hambanya yang bersyukur 34. Saba’ 13

وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ

Dan sedikit sekali dari hamba-Ku yang (memiliki sifat, watak dan karakter) syukur.
Qaliilun adalah langka, jarang sekali pelakunya. Sykur adalah sesuatu yang istimewa diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang dirahmati.
Semoga tulisan artikel ini bermanfaat dan berfaedah dpat diambil manfaatnya sampai pada tingkat hikmah, bisa di loading jika berkenan, namun jika tidak berkenan maka, abaikan.
dari@da’a tanjung alfaqiri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar