Realisasi syukur
Bersyukur adalah perilaku mendobrak
paradigma perubahan diri.
Syukur-1
Syukur bukan sekedar
kalimat “alhamdulillah” tanpa realitas, bukan sekedar lesan tanpa hati, bukan
sekedar pikiran tanpa selaman makna, bukan bagi-bagi makan dan perut tanpa
membangun spirit, juga bukan besar-besaran hewan yang disembelih, namun,
perilaku hewan tidak ikut desembelih. Syukur adalah karakter, watak dan sifat serta perilaku
penghambaan. Bagi pelaku syukur akan
berpengaruh terhadap diri dan lingkungan:
Seandainya kita semua menyadari betapa luar-biasanya makna syukur dan shalawat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari maka umat Islam dan bangsa dan negara kita:
Terbangun situasi dan kondisi damai, aman, nyaman, menyejukkan.
Masyarakat
dan lingkungan kita akan memiliki tingkat sosial yang tinggi, respon, respek
dan peduli
Setiap
individu dari setiap masyarakatnya akan saling membantu, saling menolong saling
pengertian, saling memaklumi, saling mendukung.
Masyarakat
kita akan terus berkembang maju, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
mandiri.
Dan
perkembangan mengenai pengetahuan perihal diri, perkembangan diri dan manusia
sebagai makhluk spiritual akan terjawab, guna membuka hakekat manusia, hakekat
dunia dan berdunia serta hakekat hidup.
Serta
dalam perilaku agama dan sosial serta berbangsa dan bernegara tidak akan
terpecah-pecah dalam faham sekuler materalistis.
Kemudian, ada pertanyaan apa iya dan kenapa
serta bagaimana???
Syukur
adalah Syakara, perilaku batin yang lapang dada dan terbuka, membuka, dibuka
sehingga, karakter wataknya menghormati, menghargai, pandai menyesuaikan diri, pandai
mengalah, senang membantu orang lain, senang meringankan beban orang lain,
pandai memaklumi kekurangan orang lain, berani mengakui kekurangan diri, berani
mengakui kelebihan orang lain dan perilakunya andap asor, sopan, santun, lemah
lembut. Seseorang yang sangat menyadari terhadap fungsi telinga, fungsi mata,
fungsi otak dan pikiran dan hati adalah untuk perkembangan kemajuan dirinya,
kamajuan lahir dan batinnya dan memperhatikan situasi dan kondisi
lingkungannya, masyarakatnya, bahkan, bangsa dan negaranya. Semuanya demi untuk
perkembangan spiritual dirinya. Bahkan berpegang pada keyakinan kebenaran
agamanya..... iya...namun, tidak akan kaku, fanatik, jumud dan ta’asub, tetap
terbuka, membuka dan akan dibuka, siap menerima kebenaran, dan melakukan
perkembangan serta kemajuan.
Semua dari
masing-masing fungsi organ tersebut sangat tergantung bagaimana penetapan
orientasi (haniifa) posisioning dari hati (qalb). Jika yang ditetapkan didalam
hatinya, yang diwujudkan dalam niatan dan tujuan hatinya adalah jabatan maka,
semua fungsi organ yang ada dalam diri manusia akan dipergunakan untuk mencapai
maksud dari yang telah diorientasikan oleh hatinya, dengan berbagai cara untuk
memperoleh jabatan dan karir. Jika yang ditetapkan dalam niat dan tujuan
hatinya adalah material uang yang banyak, maka semua organ dan pemikirannya
adalah mati-matian untuk memperoleh uang bahkan, dengan cara-cara yang tidak
halal sekalipun. Dan saat yang diorientasikan itu apapun namannya saat masih
tetap diletakkan pada yang bersifat materi, kebendaan dan dunia maka semua
fungsi organ tubuh dan pikiran akan terhisap habis pada kerja hati tersebut.
Maka kenapa Nabi Muhammad SAW telah mensabdakan “betapa pentingnya niat, segala sesuatunya tergantung dari niatannya, diterima dan ditolaknya amal tergantung dari niatan yang menyertai”. Didalam QS Al-Ahzab, Allah berfirman, “Allah sekali-kali tidak akan menjadikan bagi seseorang dua hati didalam rongga dadanya”. Jika hati sanubari yang berfungsi maka, hati nuraninya mati dan jika hati nurani yang berfungsi maka, hati sanubarinya mati.
33. al-Ahzab, 4
مَّا
جَعَلَ ٱللَّهُ لِرَجُلٖ مِّن قَلۡبَيۡنِ فِي جَوۡفِهِۦۚ .... ٤
Jika niatan
hatinya diletakkan pada hati sanubari, sehingga hati sanubari yang berfungsi
maka, akibatnya akan memiliki daya penghancur dan merusak dirinya dan
lingkungannya, berbagai cara akan ditempuh untuk memperoleh apa yang
diinginkan, sehingga akan menggunakan cara-cara yang; merusak persaudaan,
merusak hubungan silaturahmi, merusak kesatuan dan persatuan, sikap dan watak
tidak peduli, perilaku egois dan pembenar diri, golongannya, kelompoknya,
partainya, agamanya dan keyakinannya.
Namun jika
niatannya diletakkan pada nilai-nilai ibadah, nilai-nilai dalam kesadaran hamba
dalam penghambaan, nilai-nilai yang tidak diorientasikan pada angka-angka
apapun itu, pahala, ganjaran, surga, neraka. Diletakkan pada nilai-nilai
keselamatan, kedamaian, ketentraman. Nilai-nilai “ulul-albab”. Hal ini tidak
akan mengurangi aktifitas berdunianya, usaha ikhtiyar yang dilakukan, interaksi
sosial yang dijalani, berorgansiasi, bertata negara maka, cara-cara yang
digunakan untuk berdunia, cara-cara untuk bekerja, cara-cara berinovasi dan berkreasinya
akan membangun kebersamaan, kekeluargaan, kesatuan dan persatuan yang kokoh dan
solid.
Jika kecintaan seseorang diletakkan pada yang bersifat kebendaan
material dunia maka, bukan kebahagian, ketentraman, kedamaian yang diperoleh. Kita
akan dihadapkan kepada kejenuhan, kita akan dihadapkan kepada rusaknya
benda-benda yang kita kira membahagiakan, kita akan dihadapakan kepada
persaingan-persaingan yang sesungguhnya tanpa persainganpun harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh. Cinta yang melekat (Kumantil) pada uang, jika habis
merana dan susah, cinta yang melekat pada jabatan maka jika pensiun, jantungan
dan stroke serta darah tinggi, begitu seterusnya.
Untuk itu
semua maka, syukur adalah sebuah kata yang memiliki dimensi luar biasa dalam
mefungsikan hati nurani, otak-akal-pikiran, dan organ. Allah telah menjadikan
pendengaran, penglihatan dan kecondongan dalam memcermati faedah dan
kemanfaatan supaya hati nurani berfungsi. Dengan pendengaran dan penglihatannya
maka kita bisa berkembang, maju dan dipandaikan, dengan af’idah akan menjadikan
hatinya lembut, lepang dada, terbuka.
Pendengaran, penglihatan, dan hati 23. Al Mu'minuun 78
وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَنشَأَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَۚ
قَلِيلٗا مَّا تَشۡكُرُونَ ٧٨
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu
sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur
Allah
menciptakn dengan assam’a, abshoro dan af’idah 16. An-Nahl 78
وَٱللَّهُ
أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡٔٗا وَجَعَلَ
لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨
Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur
Adzan adalah
seruan yang sangat kuat, saat seruan Tuhanmu dikumandangkan, seruan mengenai
kebenaran keberagamaan dan bertuhan, dengan membuka pendengarannya,
penglihatannya, dan hatinya. Membuka pikirannya dengan menjauhkan dari
sifat-sifat kekufurannya yaitu sifat-sifat dengan egonya, dengan telah merasa
cukupnya, dengan iri, dengkinya, dengan merasa pandainya. Tutup-tutup sifat-sifat
kekufuran yang dapat menjadi kubur dalam melihat kebenaran sejati. Sebab manakala
berperilaku sebaliknya yakni kufur, periku menutup, tertutup dan ditutup maka,
azab. kufur ini watak, sifat dan perilku kuburan. perilaku yang akan akan
menjadikan tidak akan berkembang dan tidak akan maju, malah kemunduran, dada
sesak pikiran sempit dan picik akibatnya azab.
Syukur. Ibrahim 7
وَإِذۡ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ
عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧
Bahkan sedikit dari hambanya yang bersyukur 34. Saba’ 13
وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ
Dan sedikit sekali dari hamba-Ku yang (memiliki sifat, watak
dan karakter) syukur.
Qaliilun adalah langka, jarang sekali pelakunya. Sykur adalah
sesuatu yang istimewa diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang dirahmati.
Semoga tulisan artikel ini bermanfaat dan berfaedah dpat
diambil manfaatnya sampai pada tingkat hikmah, bisa di loading jika berkenan,
namun jika tidak berkenan maka, abaikan.
dari@da’a tanjung alfaqiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar